Saturday, February 28, 2009

Etika Menelepon


Pada jaman sekarang telekomunikasi sudah merupakan salah satu hal yang terpenting, telepon selular sudah menjadi barang yang biasa, hampir setiap orang memilikinya.

Tetapi yang sangat disayangkan bahwa meskipun hampir setiap orang biasa berkomunikasi memakai telepon, tetapi banyak orang yang tidak memperhatikan tata krama waktu dan cara berbicara dengan pihak lain. Berikut beberapa tips yang mungkin bisa membantu Anda mengetahui tata krama yang dimaksud.

Pada saat menelpon, bila kita menghormati pihak lain, berlaku santun dan hangat maka akan dapat memberikan kesan yang baik kepada pihak lain. Kalau hendak menelpon, pilihlah waktu yang tepat.

Bila bukan dalam keadaan darurat, biasanya dilakukan setelah jam 8 pagi (pada hari libur setelah jam 9 pagi), malam hari hendaknya sebelum jam 9 malam, agar tidak mengganggu orang lain beristirahat.

Bila ada kebiasaan tidur siang, hendaknya tidak dilakukan pada tengah hari. Waktu berbicara sebaiknya antara 3~5 menit, sebisa mungkin tingkatkan efisiensi pembicaraan untuk mengurangi waktu yang tersita.

Dalam menelpon apa yang hendak dibicarakan, hendaknya sudah dipersiapkan masak-masak. Sebelum berbicara, hendaknya sudah terdapat perencanaan yang cukup dan tujuan yang mantap mengenai isi pembicaraan agar terhindar dari kata-kata yang tidak mengenai sasaran atau pembicaraan yang terpatah-patah, dan di samping pesawat telepon sebaiknya disiapkan buku memo atau kertas untuk mencatat sehingga bila diperlukan, tidak akan menghabiskan waktu pihak lain.

Saat hendak menelpon harus tahu betul nomor telpon yang akan dihubungi untuk menghindari salah sambung yang mungkin dapat mengganggu orang lain. Bila salah sambung hendaknya dengan santun meminta maaf kepada pihak lain, jangan begitu saja memutus hubungan telepon.

Setelah tersambung, dan terdengar kata "halo" dari pihak lain, maka kita balas memberi sapaan "Pagi, Pak !' atau "Siang, Bu!" baru memperkenalkan diri (nama perusahaan tempat kita bekerja atau nama diri kita bila berupa telepon pribadi), setelah itu memberi tahu penerima telepon siapa yang ingin Anda temui, "Bisakah berbicara dengan Bapak X?"

Bila penerima telpon menyanggupi, hendaknya kita tunggu di depan telepon, jangan meninggalkannya untuk mengerjakan pekerjaan lain. Bila penerima memberitahukan bahwa orang yang dicari tidak berada di tempat, ja-nganlah begitu saja memutus hubungan telepon, hendaknya mengatakan, "Terima kasih, sudah merepotkan Anda!" atau meminta penerima membantu menyampaikan pesan: "Bila berkenan tolong sampaikan kepadanya ........" dan seterusnya. Bila penerima telepon menyanggupi permohonan Anda, juga jangan lupa mengucapkan terima kasih.

Bila Anda adalah penerima telepon, maka begitu mengangkat telepon, Anda bisa menyapa pihak lain sekaligus memperkenalkan diri, misalnya, "Pagi, XXX di sini, bisa dibantu?" atau sekedar sapaan ringan "Selamat siang/malam ..."

Tips di atas khususnya akan sangat membantu anak-anak dan para remaja yang sebagian besar tidak mendapat pengarahan dari orang tua, sehingga tidak tahu bagaimana cara yang baik untuk memulai sebuah pembicaraan yang bersifat formal. (The Epoch Times/prm)

Friday, February 27, 2009

Kebaya


Menggali Keanggunan Sebuah Kebaya

Perkembangan kebaya saat ini sangatlah bervariasi, mulai dari model kebaya Kartini yang di modifikasikan, hingga kebaya modern yang anggun dipadukan dengan kain ataupun celana panjang. Dengan pemakaian bahan dan warna yang beragam, kebaya adalah pilihan busana yang cocok digunakan untuk acara siang hari ataupun malam hari. Bahkan para remaja putri juga bisa mengunakan kebaya sebagai pilihan.

Bagaimanapun fashion trend kerap berubah dari waktu ke waktu, kebaya tetap memiliki tempat tersendiri dalam dunia fashion tanah air. Mulai dari acara kartini-an, kenegaraan hingga pesta perkawinan. Begitu juga saat hari raya.

Sejarah Kebaya

Sejarah kebaya dimulai dari baju yang sering dipakai oleh wanita Melayu. Ada dua teori tentang asal baju kebaya. Satu mengatakan perkataan 'kebaya' itu berasal dari perkataan Arab 'habaya' artinya pakaian labuh yang memiliki belahan di depan. Satu lagi mengatakan pakaian ini dibawa oleh Portugis ke Melaka, maka kebaya telah lama dipakai di Melaka; bukan oleh wanita Melayu saja, juga oleh wanita Cina Peranakan (Baba) dengan sedikit perbedaan dalam potongan dan gaya memakainya. Untuk wanita Cina dikenal dengan busana encim.

Perawatan Kebaya

Tips khusus merawat kebaya hanya perlu lebih hati-hati dan telaten, misalnya setelah dipakai kebaya tidak harus dicuci, angin-anginkan satu hari penuh. Lalu masukkan kembali dalam lemari. Kalau sudah dipakai 3-5 kali kebaya boleh dicuci dengan menggunakan tangan, itu pun harus sangat hati-hati agar konstruksi dan garis kebaya tidak berubah. Mencucinya pun tidak boleh dengan sembarang deterjen, sebaiknya menggunakan pelembut saja, dengan pertimbangan untuk menghilangkan bau yang ditimbulkan setelah kebaya sering dipakai. Mencuci dengan menggunakan pelembut, agar warna kebaya tidak berubah. Setelah dicuci dan mengucek, beberapa bagian yang mungkin kena noda, sebaiknya kebaya jangan diperas, basah-basah bisa langsung digantung. Teknik ini bisa membuat kebaya tidak lecek. Untuk menjemur ada baiknya tidak terkena matahari langsung, cukup diangin-anginkan saja. Menyetrika pun tidak bisa sembarangan, harus dengan kondisi setrika yang tidak terlalu panas.

Bagaimana merawat kain dan selendang? sama dengan kebaya kain, selendang, atau songket, setelah dipakai diangin-anginkan. Lalu disimpan dalam lemari, untuk kain songket sebaiknya menyimpannya digulung seperti karpet, hal ini untuk menjaga sulaman yang ada pada kain. Agar kain tidak berbau, sebaiknya disisipkan akar wangi. Kalau kain lama tidak dipakai ada baiknya dikeluarkan sebulan sekali, cukup diangin-anginkan saja. Mencucinya pun tidak boleh dengan sembarang deterjen, sebaiknya menggunakan pelembut saja, dengan pertimbangan untuk menghilangkan bau yang ditimbulkan setelah kebaya sering dipakai.

Berbagi Kegembiraan Berolahraga Dengan Anak


Para remaja, apa lagi pria, jarang yang tidak menyukai olahraga. Olahraga dapat merupakan sarana penyaluran antusiasme dan vitalitas mereka yang bergelora. Kegiatan olah raga para remaja, lebih mementingkan partisipasi, menang atau kalah sebenarnya tidaklah begitu penting.

Yang mereka butuhkan adalah kegiatan dan bermain bersama teman. Bagi orang tua, kegiatan olahraga memberi kesempatan bagi anak untuk mempelajari semangat kebersamaan, membangun persahabatan, menyehatkan jiwa raga, melatih kemauan.

Seorang anak yang mengikuti kegiatan olahraga, dipandang dari sudut manapun merupakan hal yang baik. Orang tua bukan saja harus mendorong anak untuk mengikutinya, hendaknya juga secara aktif berpartisipasi dalam olahraga yang disukai sang anak, berbagi kegembiraan olahraga bersamanya. Ketahuilah, pada saat seorang anak berada dalam keadaan yang paling bergembira juga merupakan kesempatan yang terbaik untuk berkomunikasi.

Di sini ada sebuah contoh kasus. Pada saat tim baseball Toronto Blue Jays berturut-turut memenangkan juara pertama, James tertarik pada baseball. Meskipun ayah dan ibu James sama sekali tidak mengerti baseball, untuk mendorong sang anak mengikuti olahraga paling populer di Amerika Utara ini, mereka telah membelikan bola, tongkat dan sarung tangan baseball. Hampir setiap minggu ibu James akan mendampingi sang anak menonton pertandingan baseball. Setiap kali tim sekolah sang anak mengikuti pertandingan, ayah dan ibu selalu menyediakan waktu untuk menjadi supporter.

Setelah sampai di Sekolah Lanjutan Atas, James berpartisipasi dalam regu bola voli sekolah, kegairahan terhadap olahraga sangat besar, pada masa-masa pertandingan selalu berangkat pagi pulang malam. Ayah dan ibu sepenuhnya mendukung James, berpartisipasi di garis belakang, mengantar sang anak bertanding, bahkan menjadi tukang antar jemput teman-teman dalam regunya.

Setiap kali pertandingan, ayah ibu selalu setia duduk di panggung penonton, selalu mengamati sang anak, diam-diam memberikan dorongan pada sang anak untuk bermain dengan baik. Ketika memperoleh kemenangan, sekeluarga bergembira baginya; ketika kalah bertanding, memberinya hiburan dan dorongan.

Orang tua James mengetahui, berpartisipasi dalam regu baseball dan regu voli sekolah dapat memupuk semangat berkelompok sang anak, memberi sang anak kesempatan untuk berkumpul dan bertumbuh bersama anak-anak seusianya.

Pada akhir minggu dan masa liburan, orang tua James mengajaknya mengikuti kelas renang dan ski, bahkan mendampingi sang anak bermain ski dan berlari-lari. Orang tua James sangat jelas bahwa sang anak bukan saja harus mempunyai pengalaman dalam perjuangan tim, juga butuh penguatan keterampilan hidup mandiri.

Orang tua James mempunyai tujuan yang sama memupuk anak dalam kegiatan belajar musik dan olahraga: mereka mengharapkan pengembangan yang menyeluruh bagi sang anak, sehingga dia dapat belajar, hidup dan bekerja dengan lebih dan beragam.

Perlu kejelasan akan tujuan sang anak mengikuti kegiatan olahraga yaitu untuk menguatkan jiwa raga, memupuk semangat kerja sama tim.

Bila seorang anak bergairah terhadap olahraga, orang tua hendaknya mendukung, menjadi suporter sang anak, menjadi pendukung di garis belakang.

Sama seperti mendorong sang anak belajar musik, orang tua pertama-tama hendaknya mengetahui dengan jelas motif anak dalam mengikuti kegiatan olahraga. Kebanyakan remaja mengikuti kegiatan olahraga, tidak lain karena ingin mengadakan kegiatan bersama dengan kawan dan teman sekolah, sedangkan orang tua justru mengharapkan sang anak melalui berolahraga melatih tubuhnya.

1. Regu olahraga sekolah banyak ragam, boleh mendorong anak memilih kegiatan olahraga yang sesuai dengan kondisi tubuhnya sendiri, misalnya: yang bertubuh jangkung, suka berlari dan melompat bisa memilih basket, voli atau sepak bola; anak yang tidak begitu suka kegiatan yang berat boleh mencoba tenis meja dan bulu tangkis.

2. Ada sekolah yang fasilitas olahraganya agak bagus, boleh mendorong anak mencoba kegiatan olahraga jenis lain, seperti: bola tenis, squash, baseball atau bola hoki.

Apabila sekolah tidak memiliki fasilitas olahraga, orang tua boleh mencoba melakukan kegiatan di luar rumah dengan sang anak, misalnya berenang, senam, berlari, berjalan jarak jauh dan lain-lain.

Bila sang anak menyukai olahraga yang modis, asalkan terjamin keamanannya, boleh membiarkan sang anak untuk mencoba, misalnya papan luncur, ice skating atau senam dan lain-lain. Apalagi di kota besar, terdapat komunitas pusat-pusat kegiatan olahraga yang dapat memenuhi kebutuhan olahraga di luar sekolah.

Bila sang anak tidak mau mengikuti kegiatan olahraga, atau tidak lagi mengikuti pertandingan, orang tua boleh melakukan pekerjaan persuasif, namun jangan memaksa.

Kata-kata terlarang

1. Kalau kamu kali ini tidak pergi, lain kali jangan mencari kami lagi.

2. Kamu jangan sekali-kali mundur di tengah jalan, tidak akan kami ijinkan.

3. Kamu mengundurkan diri seperti ini, teman sekolahmu akan memandang rendah dirimu, kami pun akan mendapat malu.

Hubungan olahraga dan belajar harus ditangani dengan baik. Ada orang tua yang mengawatirkan belajar anak akan terbengkelai karena ikut dalam kegiatan olahraga, sehingga berusaha mengaturkan penuh waktu luang anak. Bila melihat sang anak mengikuti kegiatan olahraga ekstra kulikuler, akan sangat marah dan langsung menganggap sang anak terlalu suka bermain.

Kata-kata terlarang yang lain

1. Sesungguhnya, kemana saja kamu sejak pulang sekolah?

2. Mengapa nilai ujianmu jelek kali ini? Karena waktu belajarmu telah ditendang habis di sepak bola.

3. Apa gunanya setiap hari berolahraga, yang penting nilai pelajaranmu bagus, kalau tidak hanya maju ototmu sedangkan otakmu tidak maju.

Peringatan kecil

Sekalipun kita sangat menginginkan anak mengikuti berbagai kegiatan olahraga, tetapi akhirnya si anaklah yang menentukan pilihannya sendiri. Kita dapat melakukan pekerjaan persuasif, namun tidak boleh mewakilinya mengambil keputusan.

Sang anak melatih tubuh, sebisa mungkin orang tua ikut berpartisipasi, memberikan dukungan besar, melakukan kerja di baris belakang dengan rajin, partisipasi dan perhatian sedemikian juga merupakan salah satu cara baik untuk mempererat hubungan orang tua dan anak. (Wang Qiang/The Epoch Times/prm)